Mimpi Buruk! Rusia Hentikan Aliran Gas ke Eropa, Alasan Turbin Rusak Tak Bisa Diterima
Warga Uni Eropa terancam membeku di musim dingin nanti
Konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina berbuntut panjang. Penghentian aliran gas dari raksasa energi Rusia ke Eropa diyakini bagian dari dampak konflik tersebut.
Ilustrasi pipa gas. Foto: Freepik.com |
JERMAN - Sebab, mayoritas pemimpin di benua biru itu secara terang-terangan berada di barisan pendukung Ukraina. Musuh Rusia dalam konflik geopolitik kali ini.
Negara-negara di Uni Eropa juga blak-blakan mengaku menjadi donatur perang Ukraina. Mereka memasok senjata hingga dana triliunan rupiah untuk melawan negara yang dipimpin oleh Vladimir Putin itu.
Hingga mimpi buruk yang selama ini ditakutkan Eropa kini jadi kenyataan. Raksasa energi Rusia yakni Rusia Gazprom memperpanjang penghentian pasokan gas ke benua biru.
Hal itu diketahui akhir pekan lalu, Gazprom mengumumkan keputusannya untuk menutup lebih lama lagi pipa Nord Stream 1.
Pipa ini mengalirkan gas menuju Jerman via Laut Baltik. Keputusan ini diperpanjang dari rencana awal hanya hingga Sabtu lalu.
Banyak pihak tak bisa menerima alasan Gazprom, sebagaimana diposting di akun media sosialnya. Dimana penghentian aliran gas ini hanya karena kerusakan turbin.
Dalam keterangannya, perusahaan gas raksasa Rusia itu juga menambahkan bahwa pipa tidak akan berfungsi kecuali jika 'permasalahan itu dihilangkan'.
Negara-negara di Eropa meyakini, penghentian aliran gas ini bukan karena faktor teknis, akan tetapi lebih karena serangan balasan atas sanksi ekonomi Uni Eropa terhadap Rusia.
Sontak, negara-negara di Eropa kocar-kacir mencari sumber pasokan gas baru. Lalu di saat yang sama harga gas juga langsung meroket.
Dari sejumlah sumber menyebutkan kontrak gas TTF Belanda untuk Oktober saja naik hingga 23 persen hari ini. Bahkan lebih mahal 400 persen dibanding tahun lalu.
Pemutusan aliran gas ke Eropa ini jadi mimpi buruk jika terus berlanjut sampai musim dingin. Rakyat di negara benua biru itu bisa terancam membeku kedinginan.
Untuk diketahui, Eropa akan memasuki musim dingin mulai 21 Desember tahun ini hingga 20 Maret 2023.
Sejumlah negara di Eropa kini terus berlomba menyetok pasokan gas. Beberapa diantaranya menargetkan 85 persen dari kebutuhan bisa terpenuhi hingga awal bulan ini.
Tapi tentu itu tidak mudah. Karena selama ini sekitar 40 persen gas di Eropa dipasok oleh Rusia.
Perdana Menteri Belgia Alexander de Croo juga tak basa-basi lagi mengingatkan warganya terkait kemungkinan terburuk yang akan terjadi.
"Berharap yang terbaik dan bersiap untuk yang terburuk," tegasnya.
Negara-negara di Uni Eropa juga blak-blakan mengaku menjadi donatur perang Ukraina. Mereka memasok senjata hingga dana triliunan rupiah untuk melawan negara yang dipimpin oleh Vladimir Putin itu.
Hal itu diketahui akhir pekan lalu, Gazprom mengumumkan keputusannya untuk menutup lebih lama lagi pipa Nord Stream 1.
Pipa ini mengalirkan gas menuju Jerman via Laut Baltik. Keputusan ini diperpanjang dari rencana awal hanya hingga Sabtu lalu.
Dalam keterangannya, perusahaan gas raksasa Rusia itu juga menambahkan bahwa pipa tidak akan berfungsi kecuali jika 'permasalahan itu dihilangkan'.
Sontak, negara-negara di Eropa kocar-kacir mencari sumber pasokan gas baru. Lalu di saat yang sama harga gas juga langsung meroket.
Dari sejumlah sumber menyebutkan kontrak gas TTF Belanda untuk Oktober saja naik hingga 23 persen hari ini. Bahkan lebih mahal 400 persen dibanding tahun lalu.
Untuk diketahui, Eropa akan memasuki musim dingin mulai 21 Desember tahun ini hingga 20 Maret 2023.
Tapi tentu itu tidak mudah. Karena selama ini sekitar 40 persen gas di Eropa dipasok oleh Rusia.
"Berharap yang terbaik dan bersiap untuk yang terburuk," tegasnya.
Posting Komentar